Selasa, 03 November 2009

pestisida nabati

PESTISIDA NABATI

alat
1. ember/bak besar
2. golok/parang
3. pengaduk

bahan
1. buah maja 10 buah
2. umbi gadung 1 buah
3. telur bebek 3 butir
4. air 10 liter
5. kapur barus 10 butir
6. tembakau 1/2 kg

cara membuat
- air 10 liter dimasukkan ke dalam bak/ ember.
- buah maja dibelah menjadi dua dengan parang, kemudian isi buah dikeruk dan dimasukkan ke dalam air.
- campuran tersebut diremas-remas sampai berbusa.
- setelah air berbusa, umbi gadung dikupas, dicacah sampai halus, kemudian dimasukkan ke dalam air tadi, diremas hingga tercampur rata.
- telur dpecah, dikocok, kemudian dimasukkan ke dalam larutan.
- tembakau direbus sampai lunak, lalu dimasukkan ke dalam larutan pesnab.
- kapur barus dihaluskan, kemudian dimasukkan juga ke larutan pesnab.
- larutan pesnab tadi, ditutup rapat dalam ember/bak, kemudian disimpan (difermentasikan) selama kurang lebih 2 minggu.

cara aplikasi
- pesnab yang sudah difermentasi tersebut disaring kemudian disemprotkan ke tanaman
- ampas sisa penyaringan di aplikasikan ke tanah sebagai pupuk

Minggu, 29 Maret 2009

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT (SUHU) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, TERNAK, HAMA, PENYAKIT TUMBUHAN, DAN GULMA

A. TANAMAN
Faktor iklim di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Yang dimaksud dengan ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut (elevasi). Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah.
Perbedaan regional dalam topografi, geografi dan cuaca menyebabkan terjadinya perbedaan dalam tanaman, pola tanam, metode bercocok tanam dan situasi sosio-ekonomi. Pola tanam dari beberapa tanaman yang ditanam terus menerus serta keadaan iklim yang cocok akan meningkatkan dan kompleksnya serangan hama, penyakit dan gulma.
Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah. Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi
Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses phisiologi dalam tanaman. Semua proses phisiologi akan dipengaruhi boleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh tanaman. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian pula sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman.
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhaadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman.
Di daerah beriklim sedang perbedaan suhu lebih ditentukan oleh derajat lintang (latitude), Di tropika perbedaan ini lebih ditentukan oleh tinggi tempat (altitude). Ditinjau dari sudut pertumbuhan tanaman, Junghuhn (1853) dalam membagi daerah pertanaman di pulau Jawa menjadi 4 zone.
1. Zone I 0 – 600 m dari permukaan laut
2. Zone II 600 – 1.350 m
3. Zone III 350 – 2.250 m, dan
4. Zone IV 2.250 – 3.000 m.
Sedangkan Wellman (1972) membuat pembagian yang dihubungkan dengan ekologi patogen tanaman dan ternyata cocok untuk tropika Asia yaitu zone I 0-300 meter diatas permuakan laut, zone II 300-500 mdpl, zone III 500-1000 mdpl dan zone IV 1.000-2.000 mdpl.
Berdasarkan ketinggian tempatnya terdapat macam-macam hutan:
• hutan pantai (beach forest)
• hutan dataran rendah (lowland forest)
• hutan pegunungan bawah (sub-montane forest)
• hutan pegunungan atas (montane forest)
• hutan kabut (cloud forest)
• hutan elfin (alpine forest)
Perubahan suhu tentunya mengakibatkan perbedaan jenis tumbuhan pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan ketinggian tempatnya. Maka berdasarkan iklim dan ketinggian tempat, flora di Indonesia terdiri atas:
Hutan hujan tropis
Indonesia berada di daerah katulistiwa, banyak mendapat sinar matahari, curah hujannya tinggi, dan suhu udaranya tinggi, menyebabkan banyak terdapat hutan hujan tropik. Ciri-ciri hutan ini adalah sangat lebat, selalu hijau sepanjang tahun, tidak mengalami musim gugur, dan jenisnya sangat heterogen. Hutan jenis ini banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Irian Jaya. Beberapa jenis floranya misalnya kayu meranti, ulin, dan kapur. Pada pohon-pohon ini hidup menumpang berbagai tumbuhan seperti anggrek dan tumbuhan merambat.dan epifit. Tumbuhan merambat yang terkenal adalah rotan.
Pembagian hutan hujan tropis adalah sebagai berikut.
1. Hutan Hujan Tanah Kering (ketinggian 1000 - 3000 m dari muka laut)
- Hutan nondipterocarpeceal memiliki ketinggian < 1.000 m dan suhu
antara 26°C-21°C.
- Hutan dipterocarpaccoo memiliki ketinggian < 1.000 m dan suhu antara
26°C-21°C.
- Hutan agathis campuran memiliki ketinggian < 2.500 m dan suhu antara
26°C-13°C.
- Hutan pantai memiliki ketinggian < 5 m dan suhu ± 26°C.
- Hutan belukar memiliki ketinggian < 1.000-2.000 m dan suhu antara
26°C-21°C.
- Hutan fegacceal memiliki ketinggian antara 1.000-2.000 m dan suhu
antara 21°C-28°C.
- Hutan casuarina memiliki ketinggian antara 1.000-2.000 m dan suhu
antara 21°C-11°C.
- Hutan penuh memiliki ketinggian antara 700-1.000 m dan suhu antara
23°C-18°C.
- Hutan nothofogus memiliki ketinggian 1.000-3.000 m dan suhu antara
21°C-11°C.
2. Hujan Tanah Rawa (ketinggian 5 - 100 m dari muka laut).
- Rawa air tawar
- Hutan rawa gambut
- Hutan payau (hutan mangrove)

Hutan musim
Hutan ini terdapat di daerah yang suhu udaranya tinggi (terletak pada ketinggian antara 800 - 1200 m dari muka laut). Pohon-pohonnya jarang sehingga sinar matahari sampai ke tanah, tahan kekeringan, dan tingginya sekitar 12 - 35 m. Daunnya selalu gugur pada musim kering/kemarau dan menghijau pada musim hujan. Contohnya pohon jati, kapuk, dan angsana.
Hutan musim dapat digolongkan menjadi sebagai berikut.
1. Hutan musim gugur daun
2. Hutan musim selalu hujan

Hutan sabana
Sabana adalah padang rumput yang disana sini ditumbuhi pepohonan yang berserakan atau bergerombol. Terdapat di daerah yang mempunyai musim kering lebih panjang dari musim penghujan, seperti di Nusa Tenggara. Hutan sabana dapat digolongkan menjadi berikut ini.
1. Hutan sabana pohon dan palma memiliki ketinggian < 900 m dan suhu 22°C.
2. Hutan sabana casuarina memiliki ketinggian antara 1.600 - 2.400 m dan suhu antara 18°C-13°C.
Padang rumput
Terdapat pada daerah yang mempunyai musim kering panjang dan musim penghujan pendek, seperti di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Padang rumput dapat terdapat di daerah dengan ketinggian antara 900 - 4000 m di atas permukaan laut, seperti misalnya padang rumput tanah, padang rumput pegunungan, komunitas rumput, dan lumut.
Padang rumput dapat digolongkan menjadi berikut ini.
1. Padang rumput iklim basah
- Padang rumput tanah rendah memiliki ketinggian < 1.000 m dan suhu 26°C-21°C.
- Rawa rumput memiliki ketinggian > 1000 m dan suhu ± 26°C.
- Padang rumput pegunungan memiliki ketinggian antara 1.500 – 2.400 m dan suhu antara 18°C-23°C.
- Padang rumput berawa gunung memiliki ketinggian antara 2.400 – 4000 m dan suhu antara 10°C-18°C.
- Padang rumput Alpin memiliki ketinggian antara 4.000 – 4.500 m (batas salju) dan suhu > 6°C.
- Komunitas rumput dan lumut memiliki ketinggian > 4.500 m dan suhu < 6°C.
2. Padang rumput iklim kering dengan suhu 22°C.

B. TERNAK
Faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi ternak meliputi lingkungan fisik (radiasi, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, curah hujan, den ketinggian tempat), lingkungan biotic (vegetasi, predator, hewan/ternak lain, bakteri, parasit, dan virus), lingkungan kimiawi (pencemaran dan peracunan oleh unsure-unsur), dan lingkungan manusia sebagai pengelola.
Semakin tinggi letak suatu daerah dari atas permukaan laut maka akan semakin rendah suhu udara rata-rata hariannya. Kroteria dataran rendah ditandai dengan suhu udara yang tinggi dan tekanan udara maupun oksigen yang tinggi pula. Diantara faktor iklim, suhu dan kelembaban udara merupakan faktor terpenting yang mengatur iklim serta adaptasi dan distribusi dari ternak dan vegetasi. Sebagi contoh, kehidupan ternak sapi diperlukan suhu optimal diantara 13 sampai 180C dan bila suhu naik diantara 1 – 100C dari suhu optimalnya, ternak akan mengalami depresi. Suhu udara dan kelembaban tinggi akan menimbulkan stress akibat kenaikan suhu tubuhnya. Untuk menurunkan suhu tubuhnya yang naik, maka diperlukan energi tambahan guna mencapai keseimbangan tubuhnya, efisiensi energi pakan (makanan) menjadi lebih kecil.
Kebutuhan zat makanan pada ternak dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, pada suhu dan kelembaban tinggi,dapat menyebabkan menurunnya konsumsi pakan dan akan disertai dengan menurunnya daya cerna diikuti kehilangan berat badan dan menurunnya resistensi terhadap penyakit.
Dengan adanya suhu lingkungan yang tinggi maupun yang lebih rendah dari suhu tubuhnya, maka ternak akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya yang konstan. Oleh karena itu, hewan akan memproduksi panas dalam tubuhnya dan mengeluarkannya ke sekitar lingkungannya secara terus menerus dan tetap, sehingga kanaikan atau penurunan suhu 10C dari suhu tubuhnya sudah cukup menimbulkan pengaruh proses fisiologinya . terganggunya keseimbangan panas dapat menurunkan produktifitasnya.

C. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian, lama hidup, serta kemampuan diapause serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul (Bemisia tabaci) mempunyai suhu optimum 32,5º C untuk pertumbuhan populasinya.
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh faktor iklim terhadap vigor dan fisiologi tanaman inang, yang akhirnya mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap hama. Temperatur berpengaruh terhadap sintesis senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, falvonoid yang berpengaruh terhadap ketahannannya terhadap hama. Pengaruh tidak langsungnya adalah kaitannya dengan musuh alami hama baik predator, parasitoid dan patogen.
Dari konsep segitiga penyakit tampak jelas bahwa iklim sebagai faktor lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup patogen, virulensi (daya infeksi), penularan, dan reproduksi patogen. Pengaruh perubahan iklim akan sangat spesifik untuk masing masing penyakit.
Perubahan iklim berpengaruh terhadap penyakit melalui pengaruhnya pada tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen. Setiap tahap dari siklus hidup patogen, dipengaruhi oleh suhu, dari tunas spora, hingga memasuki masa pertumbuhan induknya menjadi hingga sporulasi baru dan perpindahan spora. Terdapat temperatur minimum, maksimum, dan optimum yang berbeda untuk tiap patogen yang berbeda dan bahkan untuk proses pada beberapa patogennya. Verticillium dahliae paling aktif menyebabkan kelayuan pada suhu antara 25-280C, tetapi Verticillium albo-atrum akan mendominasi pada suhu 20-250C. Karat dini pada tomat dipicu oleh suhu yang hangat dan sebaliknya.
Bakteri penyebab penyakit kresek pada padi Xanthomonas oryzae pv. oryzae mempunyai suhu optimum pada 30º C. Sementara F. oxysporum pada bawang merah mempunyai suhu pertumbuhan optimum 28-30 º C. Bakteri kresek penularan utamanya adalah melalui percikan air sehingga hujan yang disertai angin akan memperberat serangan. Pada temperatur yang lebih hangat periode inkubasi penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum ) lebih cepat di banding suhu rendah. Sebaliknya penyakit hawar daun pada kentang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans lebih berat bila cuaca sejuk (18-22 º C) dan lembab. Faktor-faktor iklim juga berpengaruh terhadap ketahanan tanaman inang. Tanaman vanili yang stres karena terlalu banyak cahaya akan rentan terhadap penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Fusarium. Ekspresi gejala beberapa penyakit karena virus tergantung dari suhu.

D. GULMA
Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jumlah jenis yang ada tidak begitu banyak.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Hutan. http://id.wikipedia.org/hutan. Diakses pada 26 maret 2009.
Boudreau, Mark. 2008. Organic Plant Disease Management: the Environment. http://www.extension.org/main/partners. Diakses pada 23 maret 2009.

D.F. Warnock , W.M. Randle dan O.M. Lindstrom, Jr. 1993. Photoperiod, Temperature, and Plant Age Interact to Affect Short-day Onion Cold Hardiness. hortscience, Georgia. (http://www.google.co.id. Diakses pada 23 maret 2009.)

Kadarsih, Siwitri. 2004. Performans Sapi Bali Berdasarkan Ketinggian Tempat di Daerah Transmigrasi Bengkulu: I. Performans Pertumbuhan. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia vol. 6, No. 1. (http://www.google.co.id. Diakses pada 23 maret 2009.)

Muawin, Heru A. 2009. Hubungan Suhu Bagi Pertumbuhan Tanaman. http://herumuawin.blogspot.com/2009/03/ hubungan-suhu-bagi-pertumbuhan-tanaman/. Diakses pada 26 maret 2009

Tim MGMP. 2008. Lingkungan Kehidupan di Muka Bumi. http://mgmpgeok.blogspot.com/2008/10/lingkungan-kehidupan-di-muka-bumi.html. Diakses pada 23 maret 2009.

Wiyono, Suryo. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. IPB, Bogor. (http://www.google.co.id. Diakses pada 23 maret 2009.)

Zahara, Hafni dan Lenny Hartati Harahap. Identifikasi Jenis Cendawan Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) Pada Topografi Yang Berbeda. Balai Besar Karantina Tumbuhan, Belawan. (http://www.google.co.id. Diakses pada 23 maret 2009.)

Gulma air

Gulma air terdiri dari 3 kelompok yaitu:
1. Kelompok mengapung (floating), contohnya Eichornia crassipes (enceng gondok, water hyacinth), Salvinia spp. (Salvinia), Pistia stratiotes (water lettuce). Familia enceng gondok (Pontederiaceae) terdiri dari 6 genus, yaitu: Eichornia, Reussia, Heteranthera, Hydrothrex, Pontederia, dan Monochloria. Sedang genus Eichhornia mempunyai 5 spesies, yaitu: E. crassipes, E. paradox, E. paniculata, E. azurea, dan E. diversifolia. Familia Salvinia (salviniaceae) mempunai genus salvinia dan spesies: S. molesta, S. natans, S. cuculata, dan S. nolesta.
2. Kelompok yang hidup di bawah permukaan air (submerged), terdapat dua contoh utama ialah: Hydrilla verticullata (hidrola) dan Myriophyllum spicatum (water milfoil).
3. Kelompok yang mempunyai perakaran yang tumbuh meluas di permukaan air (emergent), dengan contoh: Thypa spp. (cattails), Cyperus papyrus (papyrus), Scirpus sp. (bulrush), dan Phragmites comminis (fragmit reed).

Taken from Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma book, written by Dr. Ir. Jody Moenandir, Dipl. Agr. Sc. (1988), Rajawali Press, Jakarta.
by: Milla Imania, March 24th, 2009

Minggu, 22 Maret 2009

GULMA

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan bearasosiasi dengannya secara khas. Karena luasnya penyebaran, gulma mempunyai berbagai nama sesuai dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda), Tzao (Cina), serta banyak nama yang lainnya.
Pentingnya suatau gulma ditinjau dari interaksinya dengan tanaman yang dibudidayakan dapat dibagi menjadi golongan yang ganas dan golongan agak ganas. Golongan gulma yang terganas terdiri dari 18 spesies, yaitu:
Amaranthus hybridus (bayam-bayaman)
Amaranthus spinosus (bayam duri)
Avenata vatua
Chenopodium album
Convolvulus arvnis
Cynodon dactilon (grinting)
Cyperus esculentus
Cyperus rotundus (teki)
Digitaria sanguinalis (lemon/sunduk gangsir/putihan)
Echinochloa colona (tuton)
Echinochloa crussgalli (jawan)
Eleusine indica (lulangan)
Eichornia crasipes
Imperta cylindrica (alang-alang)
Paspalum conjugatum (pahitan/palutan)
Portulaca oleracea (krokot)
Rohboelka exaltata
Sorghum halepense


Sedangkan gulma yang agak ganas terdiri dari 57 spesies, yaitu:
Ageratum conyzoides (wedusan)
Agropyron repens
Anagalis arvensis
Agremone Mexicana
Axoopus compressus
Bidens pilosa
Brachiaria mutica
Capsella bursa-pastoris
Cenchus echinatus
Ceratophyllum demersum
Chromolaena odorata
Cirsium arvense
Commelina benghalensis
Cyperus difformis (sunduk welut)
Cyperus iria (jekeng)
Dactyloctenium aegyptium
Digitaria scalarum
Eclyptica prostata
Equisetum arvense
Ephorbia hirta
Fimbristylis milicea (das-dasan)
Galinsoga palviflora (mondreng)
Gallium aparine
Helio tropium
Ischaeum ragosum
Lantana camara
Leersia hexandra
Leptochloa panacea
Lolium temulentum
Mikania cordata
Mimosa invisa
Mimosa pudica (putri malu)
Monocharia vaginalis
Oxalis carmiculata (semanggi gunung)
Panicum maximum
Panicum repens (lempuyangan)
Paspalum dilatatum
Pennisetum clandestinum
Pennisetum purpureum
Phragmites australis
Pistia stratictes
Palantago major
Polygonum convolvulus
Rumex crispus
Salvinia auriculata
Setaria verticulata
Setaria viridis
Sida acuta
Solanum nigrum
Sonchus oleraceus
Spergula arvensis
Spenochlea zeylanica
Stellaria media
Striga lutea
Tribulus terrostis
Xanthium spinosum
Xanthium strumarium
.


Imperta cylindrica (alang-alang)
Alang-alang mempunyai daerah penyebaran yang cukup luas, terutama pada daerah Afrika, India, Cina, Jepang, Afghanistan, Indonesia, Australia, dan Eropa Selatan. Gulam ini dapat bereproduksi secara vegetative dan generative atau dapat tumbuh pada jenis tanah yang beragam; gulma yang tahan api.
Taksonomi alang-alang adlah sebagi beriukt:
Divisio : Spermatophyta
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Glumiflorae
Familia : Gramineae
Genus : Imperata
Spesies : Imperta cylindrica
Ada dua golongan imperata, yang bungny berstamen dua (Imperatella, dengan spesiesnya Imperata cylindrica) dan yang bunganya berstamen satu (Eriopigon). Beberapa spesies genus imperata adalah I. cylindrica, I. exaltata, I. brasiliensis, I. brevifolia, I. tonnis, I. chresemani, dan I. contracta. Di samping itu masih terdapat beberapa varietas, yaitu Koenigli, Ofricaria, dan Condensata.
Alang-alang adalah gulma yang:
Perennial
Mempunyai sistem rhizoid yang meluas
Mempunyai tinggi batang 60 – 100 cm
Mempunyai daun agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama keputihan, daun atas lebih pendek daripada daun bawah, ligula pendek
Mempunyai rhizoma bersifat regenerative yang kuat, dapat berpenetrasi 15 – 40 cm, sedang akar dapat vertikal ke dalam sekitar 60 – 150 cm
Mempunyai rhizome berwarna putih, sukulen, terasa manis, beruas pendek dengan cabang lateral membentuk jaring-jaring yang kompak dalam tanah. Bagian dalam tanah ini berkembang dengan baik, terpencar dengan cepat, dan persisten.
Dapat tumbuh pada tanaman terbuka baik yang sudah maupun yang belum diolah, karena:
Mudah beradaptasi pada keadaan cuaca yang beragam terutama pada tanah terbuka. Pada tempat terlindung, tumbuhnya agak tertekan. Demikian pula terhadap suhu, suhu kematian dicapai pada -80C
Mudah beradaptasi pada berbagai jenis tanah mulai dari ringan kering sampai berat basah, tanah asam sampai tanah basa.
Tahan pada api, karena masih mempunyai rhizoma dalam tanah meskipun bagian atas tanah habis terbakar.

Cyperus rotundus (teki)
Gulma ini termasuk yang cukup ganas dan penyebarannya luas. Atksonominya adalah:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Familia : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus
Gulma ini hampir selalu ada di sekitar segala tanaman budidaya, karena mempunyai kemampuan tinggi untuk beradaptasi pada jenis tanah yang beragam. Teki merupakan gulma yang:
Perennial
Bagian dalam tanah terdiri atas akar dan umbi. Umbi pertama dibentuk pertama kali pada tiga minggu setelah pertumbuhan awal.
Mempunyai umbi yang membentuk akar ramping dan umbi lagi, demikian seterusnya (1 m2 sedalam 10 cm = 1600 umbi). Umbi tidak tahan kering, selama 14 hari di bawah sinar matahari, daya tumbuhnya akan hilang.
Mempunyai batang tumpul atau segitiga.
Mempunyai daun pada pangkal batang terdiri dari 4 – 20 helai, pelepah daun tertutup tanah. Helai daun bergaris dan berwarna hijau tua mengkilat.
Mempunyai bunga dengan benang sari sebanyak tiga helai dan berwarna cokelat.
Dapat tumbuh meluas terutama di daerah tropis kering, berkisar pada ketinggian 1 – 1000 m dpl, dan curah hujan antara 1500 – 4000 mm per tahun.
Umbi teki akan cepat bertunas ( 7hari) pada keadaan lembab, pada suhu 100 – 400C, dengan suhu optimal 300 – 350C.

Echinochloa crussgalli (jawan)
Taksonomi jawan adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Gaminiales
Familia : Gramineae
Genus : Ecinochloa
Spesies : Echinochloa crussgalli
Jawan merupakan tumbuhan yang:
Cukup luas penyebarannya ( 500 garis lintang utara/selatan).
Bersifat kosmopolit yang berasosiasi dengan tanaman padi, tebu, kopi, teh, tembakau, dan jeruk.
Mempunyai kemampuan dan sifat yang mirip tanaman padi.
Berbatang tegak dan mempunyai ketinggian 30 – 60 cm serta berkembangbiak dengan biji.
Berdaun sempit, bunga tegak dan bertandan (5 – 10 tandan) kemudian merunduk (5 – 21 cm).
Berakar serabut yang tumbuh pada pangkal batang.
Mempunyai buah (kariopsis) bentuk lonjong, tebal, dan panjang 2 – 3,5 mm.
Mempunyai biji tua yang berwarna coklat sampai hitam dengan bagian bawah tumpul.
Sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannyadan perlu media umbuh yang berlumpur.
Pertumbuhannya mempunyai suhu optimal pada 200 – 300C, sedang untuk perkecambahan biji antara 130 – 300C.
Pada kapasitas lapang, biji gulma ini berkecambah 70 – 90%, dapat berkecambah dalam genangan air setinggi 10 cm.
Banyak terdapat di daerah tropis dan sedikit di daerah subtropis.

Eleusine indica (lulangan)
Taksonomi lulangan adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Glumiflorae
Familia : Gramineae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica
Gulma ini:
Semusim
Berumur pendek
Berkembangbiak dengan biji
Dapat tumbuh pada 200 m dpl
Dominan pada tanaman kacang-kacangan
Mempunyai batang yang selalu berbentuk cekungan, menempel pipih
Pelepah menempel kuat, lidah daun pendek seperti selaput dan tumbuh dalam rumpun, dan batang seringkali bercabang.
Daun terdiri dari dua baris, tetapi kasar pada tiap ujung. Pada pangkal helai daun berambut.
Bunga, bulir menjari 3 – 5, berkumpul pada sisi poros yang bersayap dan bertunas. Anak bulir berseling-seling, tersusun seperti genting.
Akan cepat tumbuh bila mendapat air dan cahaya yang cukup banyak.
Sangat peka pada keadaan lingkungannya

Portulaca oleracea (krokot)
Klasifikasi krokot yaitu:
Divisio : Spermatophyta
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Portulacales
Familia : Portulaceae
Genus : Portulaca
Spesies : Portulaca oleracea
Krokot merupakan gulma yang:
Sukulen
Batangnya penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata tergantung cahaya. Batang terbentang dan berwarna kemerahan, berbentuk bulat, panjang  10 – 50 cm, di mana ruas tua tak berambut.
Tergolong tumbuhan semusim, yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman.
Berkembangbiak dengan biji dan dapat pula dari bagian batang bila tumbuh pada tanah yang lembab.
Daunnya sebagian tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun melekuk ek dalam, bulat, atau tumpul (0.2 – 4 cm).
Biji (0.5 mm) berbentuk oval warna hitam mengkilat, permukaannya tertutup kulit yang agak mengekerut.
Bunganya terbentuk sepanjang musim di daerah tropis (daur hidupnya 3 – 5 bulan) di bawah kondisi ternaung akan tumbuh membentang dan tegak, serta membentuk bunga.
Membutuhkan suhu optimal antara 150 – 350C di mana bunga dan biji dihasilkan dengan baik sekali.
Di bawah intensitas cahaya yang tinggi dapat layu.

Ageratum conyzoides (wedusan)
Taksonominya yaitu:
Divisio : Spermatophyta
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides
Wedusan merupakan gulma yang:
Dapat mengeluarkan alelopat.
Batangnya tegak, bulat bercabang, berbulu pada buku-bukunya dan bagian rendah.
Daunnya bertangkai cukup panjang, berbentuk bulat telur, tepi bergerigi, dan berbulu.
Duduk daun bawahnya berhadapan, sedang bagian teratas bertangkai pendek.
Bunganya mengelompok berbentuk cawan, setiap bulir terdiri dari 60 – 75 bunga, berwarna biru muda, putih, atau violet.
Tumbuh pada 1 – 1200 m dpl.
Suhu optimal untuh tumbuhnya 160 – 240C.
Mahkotanya bertabung sempit, berbentuk lonceng, berlekuk lima (1 – 15 mm), buah berwarna putih (2 – 3.5 mm), keras bersegi lima, runcing, rambut sisik ada lima.
Membutuhkan intensitas cahaya tinggi sehingga dapat tumbuh berasosiasi dengan padi gogo, palawija, kopi, tembakau, kelapa sawit, dan cengkeh.

Taken from Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma book, written by Dr. Ir. Jody Moenandir, Dipl. Agr. Sc. (1988), Rajawali Press, Jakarta.
by: Milla Imania, March 22nd, 2009

Senin, 19 Januari 2009

fairy

http://funkyheart.com/images/stories/Glitters/Images/fairies/fairy.gif